“Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”
Setujukah anda jika “kemanusiaan” menjadi salah satu dasar
negara Indonesia?. Bukankah kini dasar negara Indonesia hanya sebatas
simbol-simbol yang tidak boleh dilecehkan dengan perkataan. Namun pelecehan
yang jauh lebih kejam daripada sekedar kata-kata justru bersama-sama kita
lakukan. Mengutip kata Sudjiwo Tejo bahwa masyarakat Indonesia saat ini menilai
segala sesuatu hanya dari kata-kata, pelecehan pancasila hanya dianggap
pelecehan lewat kata-kata, sementara kebijakan-kebijakan pemerintah yang lebih
banyak menguntungkan sebagian golongan daripada keuntungan rakyat Indonesia
terjadi begitu saja.
Beberapa saat yang lalu beredar video pengeroyokan terhadap
pelaku pencurian kendaraan bermotor di daerah Gebang. Melihat video tersebut,
rasanya memang cita-cita kemanusiaan di Indonesia masih sangat jauh dari
harapan. Yah.. begitulah kondisi masyarakat kita saat ini, melihat kebenaran
atau kesalahan hanya dari apa yang kebanyakan orang percayai dan lakukan.
Bukankah sudah ada hukum yang menilai apakah seseorang itu salah dan apa
hukumannya. Dengan aksi pencurian tersebut tiba-tiba masyarakat menjadi “sok
benar”, merasa berhak atas penganiayaan terhadap pelaku.
Dengan terjadinya peristiwa penganiayaan tersebut, memang
sepantasnya kita tidak perlu heran lagi jika tragedi yang menimpa Salim Kancil
akan terulang kembali. Kondisi masyarakat yang seperti ini akan sangat
menghawatirkan bagi pendidikan moral bangsa.
Mahasiswa seharusnya memiliki peran besar untuk
menyelesaikan permasalahan moral dan kesejahteraan sosial ini sebagai wujud
dari “Moral force”. Sayangnya, masalah moral kini juga sampai di lingkungan
yang dinilai terdidik. Belum hilang dari ingatan kita, peristiwa tawuran yang
menyeret nama Teknik Mesin beberapa waktu lalu. Tidak bisa dipungkiri, bahwa
peristiwa tersebut merupakan buah dari perilaku amoral yang setiap tahun
dipupuk melaluai ajang berlabel pengkaderan.
Sebagai sebuah ajang yang positif, pengkaderan memang dapat
memupuk tenggang rasa, memunculkan semangat, mendorong adaptasi hingga
menguggah inisiatif. Sayangnya, melalui media-media yang kurang tepat, ajang
pengkaderan dapat menjadi pedang bermata dua yang justru memupuk perilaku
amoral.
Intinya, sebagai bangsa yang menjunjung tinggi kemanusaan
yang adil dan beradab, bangsa Indonesia harus berusaha bangkit dari
keterpurukan moral yang saat ini terjadi. Sebagai mahasiswa, perjuangan kita
untuk bisa mencapai kemerdekaan bisa kita lakukan mulai dari hal kecil.
Berusaha berperilaku positif terhadap segala hal adalah salah satu contohnya.
Marilah kita kawal ajang pengkaderan yang sebentar lagi akan kita jalani,
sebagai wujud kepedulian terhadap moral bangsa.