![]() |
Sumber : LKMM Pra-TD FTI ITS XIII
|
LKMM Pra-TD FTI ITS, Budaya dan Realita
Latihan Keterampilan
Manajemen Mahasiswa tingkat Pra Dasar adalah suatu kegiatan tahunan yang
diselenggarakan oleh BEM di setiap Fakultas di ITS. Sasarannya adalah para
mahasiswa baru. Di FTI, LKMM Pra-TD diselenggarakan oleh BEM FTI dan
dilaksanakan oleh Panitia pelaksana dari semua jurusan di FTI. Tujuan utama
LKMM Pra-TD FTI ITS adalah melatih mahasiswa baru dalam melakukan manajemen
diri menghadapi peralihan dari siswa ke mahasiswa.
Sebagai sebuah event besar
yang mempertemukan seluruh mahasiswa baru se-FTI, LKMM Pra-TD menjadi suatu
event yang sedikit banyak mempengaruhi pola pikir dan perilaku mahasiswa baru
kedepannya. LKMM Pra-TD haruslah memberikan first
impression yang baik kepada mahasiswa baru dan mengajarkan budaya-budaya
yang benar dan baik kepada mahasiswa baru, sehingga kedepannya mahasiswa baru
benar-benar bisa menjadi mahasiswa yang sesuai dengan harapan.
Namun pada pelaksanaannya
LKMM Pra-TD FTI ITS sering kali memberikan first
impression yang tidak baik kepada mahasiswa baru, mengajarkan budaya-budaya
kemahasiswaan yang salah, sehingga kadang menyesatkan pola pikir mahasiswa baru. Masih teringat di kepala kita
bagaimana penugasan di LKMM Pra-TD dikembalikan karena kesalahan pemformatan.
Selembar essay berisi ratusan kata
dengan berbagai kemungkinan kesalahan, namun koreksi yang diberikan berupa
kesalahan format margin karena ketidaksesuaian sebesar sekian milimeter. Bukannya
tidak boleh, tetapi percuma saja melakukan koreksi yang sangat mendetail namun
mengabaikan berbagai kesalahan dan pelanggaran yang sangat fundamental.
Alangkah lebih baik jika kesalahan-kesalahan berupa kesalahan persepsi terhadap
tema essay, kesalahan maksud dan
pengertian, menjadi prioritas utama koreksi. Sedangkan kesalahan pemformatan
menjadi prioritas yang kesekian.
Hal lain yang begitu aneh di
LKMM Pra-TD FTI ITS adalah bagaimana penilaian untuk keaktifan dilihat dari
berapa banyaknya pertanyaan yang dilontarkan. Hal tersebut memicu suatu budaya
yang buruk dimana muncul banyak sekali pertanyaan namun sedikit sekali
pertanyaan yang argumentatif dan berbobot. Peserta disibukkan dengan mencari
sebanyak-banyaknya pertanyaan sehingga lupa akan proses belajar yang dilakukan.
Bukankah seharusnya panitia dapat menyeleksi berbagai jenis pertanyaan, mulai
yang argumentatif hingga pertanyaan karena kurang jelas terhadap materi yang
disampaikan. Atau setidaknya penghargaan untuk pertanyaan terbanyak tersebut
diganti dengan penghargaan untuk pertanyaan terbaik.