Selasa, 22 Maret 2016

Sumber : LKMM Pra-TD FTI ITS XIII

LKMM Pra-TD FTI ITS, Budaya dan Realita

Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa tingkat Pra Dasar adalah suatu kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh BEM di setiap Fakultas di ITS. Sasarannya adalah para mahasiswa baru. Di FTI, LKMM Pra-TD diselenggarakan oleh BEM FTI dan dilaksanakan oleh Panitia pelaksana dari semua jurusan di FTI. Tujuan utama LKMM Pra-TD FTI ITS adalah melatih mahasiswa baru dalam melakukan manajemen diri menghadapi peralihan dari siswa ke mahasiswa.

Sebagai sebuah event besar yang mempertemukan seluruh mahasiswa baru se-FTI, LKMM Pra-TD menjadi suatu event yang sedikit banyak mempengaruhi pola pikir dan perilaku mahasiswa baru kedepannya. LKMM Pra-TD haruslah memberikan first impression yang baik kepada mahasiswa baru dan mengajarkan budaya-budaya yang benar dan baik kepada mahasiswa baru, sehingga kedepannya mahasiswa baru benar-benar bisa menjadi mahasiswa yang sesuai dengan harapan.

Namun pada pelaksanaannya LKMM Pra-TD FTI ITS sering kali memberikan first impression yang tidak baik kepada mahasiswa baru, mengajarkan budaya-budaya kemahasiswaan yang salah, sehingga kadang menyesatkan pola pikir  mahasiswa baru. Masih teringat di kepala kita bagaimana penugasan di LKMM Pra-TD dikembalikan karena kesalahan pemformatan. Selembar essay berisi ratusan kata dengan berbagai kemungkinan kesalahan, namun koreksi yang diberikan berupa kesalahan format margin karena ketidaksesuaian sebesar sekian milimeter. Bukannya tidak boleh, tetapi percuma saja melakukan koreksi yang sangat mendetail namun mengabaikan berbagai kesalahan dan pelanggaran yang sangat fundamental. Alangkah lebih baik jika kesalahan-kesalahan berupa kesalahan persepsi terhadap tema essay, kesalahan maksud dan pengertian, menjadi prioritas utama koreksi. Sedangkan kesalahan pemformatan menjadi prioritas yang kesekian.

Hal lain yang begitu aneh di LKMM Pra-TD FTI ITS adalah bagaimana penilaian untuk keaktifan dilihat dari berapa banyaknya pertanyaan yang dilontarkan. Hal tersebut memicu suatu budaya yang buruk dimana muncul banyak sekali pertanyaan namun sedikit sekali pertanyaan yang argumentatif dan berbobot. Peserta disibukkan dengan mencari sebanyak-banyaknya pertanyaan sehingga lupa akan proses belajar yang dilakukan. Bukankah seharusnya panitia dapat menyeleksi berbagai jenis pertanyaan, mulai yang argumentatif hingga pertanyaan karena kurang jelas terhadap materi yang disampaikan. Atau setidaknya penghargaan untuk pertanyaan terbanyak tersebut diganti dengan penghargaan untuk pertanyaan terbaik.

Namun dari kesemua hal tersebut, yang akan selalu teringat di kepala kita tentu performansi dari jurusan D3 Teknik Mesin yang selalu ingin tampil beda. Merupakan tantangan besar bagi panitia akan pelanggaran yang sangat fundamental tersebut. Bagaimana panitia menindaklanjuti pelanggaran yang tergolong pelanggaran berat tersebut akan mempengaruhi persepsi peserta terhadap panitia. Bagaimana tidak, jika panitia bahkan tidak berani untuk menindaklanjuti atau setidaknya memberikan penjelasan kepada peserta, konsekuensinya adalah ketidakpercayaan peserta kepada panitia. Semua koreksi-koreksi / evaluasi dari panitia tidak akan ada artinya. Koreksi terhadap margin dengan ketelitian satu milimeter hanya akan dianggap sebagai tindak bullying panitia kepada peserta, atau bahkan pencitraan terhadap keseriusan panitia dalam menindaklanjuti pelanggaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar